Ruang Inspirasi

3 Alasan Kenapa Harus Belajar Parenting dan Hambatannya

17 comments
“Ngapain belajar parenting? Tuh, makmu dulu juga nggak parenting-parenting anak-anaknya pada sukses”
Pernah, nggak, mendengar kalimat di atas? Entah itu terlontar dari teman sejawat, tetangga, saudara, atau bahkan orang tua sendiri. Saat mendengar kalimat di atas, tentu otak mulai ikut berpikir dan merespon, iya juga, ya.

Namun, sebelum memutuskan untuk berkata iya, alangkah baiknya parents mau merenungkan beberapa hal berikut terlebih dahulu. 3 alasan Kenapa harus belajar parenting, seberapa perlu?

3 alasan kenapa harus belajar parenting


3 Alasan Kenapa Harus Belajar Parenting

1. Motivasi Belajar Parenting

Dalam memulai proses belajar tentulah harus adanya motivasi terlebih dahulu. Rasanya sangat tidak mungkin jika seseorang mau melakukan sesuatu tanpa adanya motivasi. Kita cari tahu terlebih dahulu apa itu motivasi.

Dalam KBBI motivasi memiliki arti sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dalam arti lain motivasi berarti melakukan usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukam sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Singkatnya seseorang memang memiliki motif atau tujuan tertentu untuk melakukan sesuatu atau saat mempunyai tujuan tertentu. Saat kita sebagai parent memiliki tujuan kepada anak, motivasi ini adalah modal awal untuk kita yang mau belajar parenting. Tanpa adanya motivasi langkah untuk belajar pun rasanya akan terasa berat bahkan sulit.

Dalam memotivasi diri, setidaknya ada 2 landasan yang bisa kita jadikan pegangan untuk memotivasi diri terus belajar yakni:

Perintah Allah
Agar motivasi semakin kuat, kita harus sadari dulu bahwa belajar merupakan sebuah perintah dari Allah SWT. Masih ingatkah dulu wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah SAW? Yakni surat Al-‘Alaq yang di dalamnya Allah SWT memerintahkan rasul untuk bacalah!.

Dalam surat tersebut, bukankah isinya mengandung sebuah pembelajaran? Belajar untuk membaca, Allah SWT menyuruh rasul untuk membaca yang dibimbing oleh malaikan Jibril.

Dengan menjadikan surat Al-'Alaq sebagai pegangan, harapannya kita sebagai orang tua pembelajar memiliki semangat. 

Mengenalkan Agama dengan Cinta bukan Siksa
Adakalanya orang tua sering mengatakan kepada anaknya “Jangan, nanti Allah marah”, “Nggak boleh, nanti masuk neraka”. Dengan kalimat ini orang tua secara tidak langsung memberikan pengajaran bahwa agama ini menakutkan. Banyak sekali siksaannya.

Memang seharusnya, perihal memiliki anak haruslah direncanakan dengan matang. Harus memiliki niat. Bukan hanya sekedar “ingin”, atau bahkan tidak sengaja. Karena perihal mendidik anak ini wajib hukumnya bagi setiap orang tua.

Menjadi orang tua adalah tanggung jawab terbesar, yang sejatinya harus belajar setiap saat. Perihal mendidik anak tidak bisa gimana nanti. Tapi harus dilakukan dengan ikhtiar yang maksimal kemudian pasrahkan kepada Allah (tawakal).

Perkara anak tidak bisa kita hanya cukup berdoa dan pasrahkan semua urusan anak kepada Allah SWT. Bukankah anak adalah amanah atau titipan dari Allah SWT?. Nampaknya salah jika titipan itu diserahkan lagi kepada yang menitipkan.

Banyak sekali kasus belakangan ini tentang anak yang berani membunuh orang tua-nya, anak yang ditelantarkan orang tuanya, anak yang rela menceburkan ibunya ke sungai hanya karena tidak dibelikan handphone. Semua permasalahan tersebut bisa saja disebabkan karena tidak adanya kesiapan orang tua dalam mendidik anaknya.

Pada dasarnya dalam mendidik anak ada dua cara. Pertama, trial (percobaan), biasanya anak pertamalah yang menjadi “korban” pola pengasuhan atau pola mendidiknya. Kedua, warisan. Banyak orang tua yang mendidik anaknya dengan cara bagaimana duhulu dia dididik semasa kecil oleh ibu bapaknya. Namun sayangnya, untuk kondisi zaman saat ini, pola asuh dahulu bisa saja sudah tidak pas atau tidak cocok dengan kondisi anak zaman now. Oleh karenanya, jika kita sebagai orang tua yang dahulu pernah mengalami masa kecil yang kurang baik misalnya saja pernah dipukul. Tolong jangan pernah melakukannya lagi kepada anak-anak kita. Cukup berhenti pada kita yang mengalaminya.

Jadi, dalam mendidik anak, kenalkanlah dahulu agama dengan penuh cinta bukan penuh siksa. Karena agama menjadi dasar keimanan anak kelak.

2. Adaptif

Alasan berikutnya kenapa harus belajar parenting adalah adaptif yang artinya mudah menyesuaikan dengan keadaan. Rasul pernah bersabda yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib “ Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”

Betapa rasul pun menyuruh untuk kita mendidik anak sesuai dengan zaman, yakni adaptif. Banyak contoh kegagalan yang dialami jika seseorang tidak mau beradaptasi dengan lingkungan.

Kalian mungkin tidak asing dengan hp merek nokia yang berjaya di zamannya. Namun lihat saat ini, hp merek ini sudah banyak ditinggalkan oleh penggunanya dahulu karena mereka sudah beralih ke hp android yang memiliki fitur lebih moderen dan kekinian.

Contoh lain, mungkin banyak yang kenal BBM (Blackberry Massanger) pun sama, Berjaya pada masanya, dan kini sudah ditinggalkan pula oleh penggunanya karena beralih ke Whatsapp.

Itulah yang terjadi jika kita tidak mau beradaptasi (belajar) untuk menjadi orang tua yang sungguhan bukan orang tua yang kebetulan. Lakukanlah inovasi juga pembaharuan. Sebagai orang tua, penting rasanya untuk upgrade ilmu. Jangan menjadi orang tua yang ignore, belagu bahkan sombong yang merasa diri sudah cukup. Karena pada kenyataannya, menurut saya pribadi menjadi orang tua adalah menjadi pembelajar seumur hidup.

Balik lagi ke kalimat “Orang tua zaman dulu nggak pake parenting-parenting itu anak-anaknya pada sukses, kok”. Iya, betul. Menurut abah Ihsan, generasi 90-an (yang lahir tahun 1990) adalah generasi terakhir yang aman dengan pola asuh orang tua zaman dahulu.

Kenapa bisa demikian? Karena dahulu, informasi itu sangat minim, acuan yang dapat dipercaya oleh anak zaman dahulu hanya guru atau ustaz, orang tua (kakek, nenek, ayah, ibu, kakak). Kalau menurut mereka begitu, ya sudah. Selesai. Orang tua memiliki kredibilitas yang tinggi. Masih teringat jelas zaman saya kecil dahulu orang yang memiliki televisi pun masih bisa dihitung jari di desa. Juga tontonan televisinya masih banyak kartun dan berita.

Sungguh sangat berbeda dengan zaman sekarang. Di mana akses informasi didapat dengan begitu cepat dan mudah. Ada instagram, facebook, twitter, youtube, mbah google dan kawan-kawan lainnya. Zaman sekarang ada internet yang bisa memudahkan akses informasi apa pun. Terlebih tontonan televisi pun tidak se-asik dahulu. Jikalau dahulu waktu libur sekolah adalah waktu yang ditunggu untuk menonton televisi karena banyak acara seru seperti Power Rangers, Ninja Hatori, Cibi Maruko Chan dan yang lainnya. Sekarang, tontonan hari minggu begitu berbeda. Yang disajikan acara-acara weekend hanya ada gosip atau acara music saja. Hanya beberapa stasiun televisi yang menayangkan kartun atau hiburan dan itu pun hanya waktu-waktu tertentu.

Sungguh, zaman sudah sangat berbeda. Teruslah berubah dan melakukan inovasi kebaikan. Karena jika orang baik berhenti belajar maka tunggulah pula berhenti kebaikannya. Kalau kata abah Ihsan, jangan menjadi orang tua seperti kanebo kering yang kaku. Orang tua memerlukan ketegasan bukan kekakuan.
Orang baik yang berhenti belajar maka tunggulah pula berhenti kebaikannya tersebut

3. Selamat Tidak Celaka

Ini hal yang paling penting, kenapa harus belajar parenting di zaman sekarang? Alasannya adalah supaya anak kita selamat tidak celaka. Kita pun menjadi orang tua yang selamat dan tidak celaka.

Bukankah begitu mengerikan berita di luaran sana. Banyak kasus yang melibatkan anak-anak di dalamnya. Mari lihat data dari KPAI berikut


Data di atas berbicara betapa banyaknya laporan kasus anak ke KPAI. Bahkan pelaku kriminalitas saat ini pun banyak usia remaja.

Oleh karenanya, perlu disadari secara penuh bahwa perihal mendidik anak adalah urusan orang tua yakni ayah dan ibunya. Salah jika hanya mengandalkan salah satunya. Perlu pula dicatat bahwa perihal karakter, pendidikan aqidah adalah tugas seorang ayah atau bapak-bapak.

Pernah mendengar kalimat ini “Al umm madrasatul ula” sebuah pepatah arab dari Sayid Ibrahim. Pepatah tersebut memang tidaklah salah. Namun menurut saya pribadi kuranglah tepat jika pola pendidikan atau pengasuhan hanya dibebankan kepada satu orang bernama ibu.

Bayangkan saya, jika seorang ibu yang memutuskan untuk fokus di rumah mengurus rumah tangga dalam artian merangkap semua pekerjaan yakni menjadi ART (asistem rumah tangga) yang notabene pekerjaannya tidak pernah usai, menjadi chef yang harus menghidangkan makanan untuk suami dan anak tercinta, terkadang menjadi tukang pasang lampu, tukang pasang galon dan lainnya lalu dibebankan untuk mendidik anak. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi.

Seorang ibu pastilah sudah merasa lelah, jangankan untuk mendidik. Membersamai anak bermain pun mungkin hanya sebentar karena tenaganya yang sudah habis terkuras.

Mendidik anak adalah tugas bersama yakni ibu dan ayah-nya. Tidak bisa hanya ibu saja atau ayah saja. Keduanya mempunyai peranan masing-masing dalam pola pengasuhan atau mendidik anak.

Karenanya perihal menikah atau berumah tangga itu bukan hal yang mudah. perihal menikah bukan tujuan untuk mendewasakan karena sesungguhnya akan menjadi masalah baru jika niat menikah untuk mendewasakan.

Ada satu kisah yang diceritakan Abah Ihsan terkait hal tersebut,
“Seorang ibu memohon kepada seorang perempuan untuk menikah dengan anaknya yang kerjaannya hanya main game saja di rumah. Ibu itu berkata kepada sang perempuan dengan memohon dan berlutut
Ibu : Neng, mungkin kalau anak ibu nikah sama neng, dia akan berubah
Mendengar permohonan ibu itu tentunya sang perempuan merasa tidak enak hati, karena sang ibu tersebut adalah rekan kerjanya sebagai guru. Akhirnya menikahlah perempuan itu dengan anak ibu tersebut.
Lalu, apa yang terjadi?
Selama lima tahun pernikahan, suaminya (anak ibu tersebut) tidak pernah bekerja dan hanya main game. Bagaimana kehidupan sehari-harinya? Ibunyalah yang menanggung itu semua”

See, permasalahan baru, bukan?

Jadi, masalah menikah memang harus dengan penuh kesiapan baik mental maupun fisik dan juga finansial. Pola asuhan pun menjadi dasar syarat untuk menikah.


Itulah sekiranya 3 alasan kenapa saya, kamu, kita semua yang menjadi orang tua di zaman ini perlu belajar parenting.
Kemudian yang namanya belajar, sudah sunatullahnya atau sudah hal yang lumrah akan adanya hambatan atau cobaan-cobaan dalam proses pembelajaran tersebut. Berikut adalah hambatan atau cobaan dalam belajar.

Hambatan Belajar Parenting

cobaan belajar parenting

1. Ah Teori

Tidak sedikit yang beranggapan hal demikian. Banyak kalimat yang keluar “Teori mah enak, gampang. Coba praktiknya”

Justru menurut saya, memang harus dipraktikkan teori tersebut supaya tidak menjadi sekedar teori. Dengarlah pola asuh pendidikan dari orang yang sudah mempraktikkannya dan berhasil. Memang, perihal mendidik anak hasilnya tidak bisa terlihat hanya dalam hitungan hari bahkan jam. Tapi nanti, akan terasa setelah beberapa tahun yang akan datang. Perlu adanya konsistensi dan juga kesabaran. Bukankah dahulu Thomas Alfa Edison harus melakukan 900 kali percobaan untuk bisa menyalakan atau mengetahui cara kerja lampu pijar?.

Jika perihal lampu saja sebegitu banyak percobaan, apalagi dengan seorang anak yang memiliki nyawa dan kita pun sebagai orang tua kelak akan diminta pertanggung jawabannya?. Menurut Abah Ihsan, butuh waktu 4 tahun untuk 1 kebiasaan. Barulah efeknya akan terasa.

2. Setiap Anak, kan Berbeda

Tiap anak, kan beda-beda, punya keunikan masing-masing. Ya, betul. Sangat betul. Namun, meskipun setiap anak berbeda, tetap ada prinsip yang sama.

Gambarannya seperti pembelajaran dalam satu ruang kelas di sekolah. Apakah guru akan membeda-bedakan satu kali penyampaian yang berbeda kepada setiap anak yang berjumlah 40 siswa? Tentu tidak. Tetapi guru bisa saja melakukan cara bagaimana agar penyampainnya bisa diterima oleh semua anak yang ada di dalam kelas tanpa harus mengelompokkannya terlebih dahulu. 

3. Paling Juga Lupa Lagi

Ah, paling juga lupa lagi lupa lagi.

Yup, ini akan terjadi jika ilmu yang ada tidak pernah digunakan. Layaknya sebuah pisau yang hanya didiamkan di dapur. Lama-lama akan menjadi karatan dan tidak berfungsi apa-apa. Berbeda dengan pisau yang sering digunakan, jika sudah dirasa ketajaman pisau berkurang maka akan diasah lagi supaya tajam kembali. Oleh sebab itu, terapkan apa yang pernah didapat. Ikat ilmu dengan tulisan. Supaya jika suatu hari lupa, tinggal buka catatannya.

4. Bawa Dalil (Minta Sama Allah SWT Saja)

Ini yang rasanya kurang pas, kita yang diamanahi seorang anak lantas dengan PD-nya berkata minta ke Allah saja urusan anak bagaimana. Berdo’a karena Allah SWT yang mengatur semuanya.

Loh, bagaimana konsepnya hanya mengandalan do’a. Ingat!. Anak itu titipan dari Allah SWT, yang namanya dititip nanti akan diambil. Tugas yang dititipi jaga baik-baik. Iya, kan?
sebagai orang tua bukan lepas tangan begitu saja. Ingat, Allah SWT pun berfirman "...seseungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri... (Q.S Ar-Ra'd:11)".

Dengan menuliskan 3 alasan kenapa harus belajar parenting berikut hambatan yang ada ini, adalah sebagai reminder kelak bagi saya pribadi jika suatu hari mulai malas atau enggan mempraktikkan apa yang sudah pernah di dapat melalui membaca, seminar bahkan menonton. Melalui tulisan ini pun saya berharap banyak orang tua yang juga bersemangat untuk terus bertumbuh bersama anak dan terus belajar.
Salam semangat, salam sehat dan bahagia selalu :)
Maftuha
Seorang istri dari laki-laki bernama Muhidin Sidiq yang saat ini aktif dalam dunia tulis menulis. Menerima job content writer lepas, sudah menerbitkan buku berjudul "Dia yang Pergi" dan "This is My Way" juga belasan antologi lainnya. Penyuka buku motivasi juga psikologi yang hobi nongkrong di tempat makan untuk merefreshkan pikiran.

Related Posts

17 comments

  1. Memang ada banyak alasan kenapa harus belajar parenting ya.. biar tugas yang diamanahkan pada kita dapat diselesaikan dengan baik dan bertanggung jawab.. suka dengan alasan mengenalkan Allah kepada anak dengan cinta, bukan siksa

    ReplyDelete
  2. Setuju sekali. Penting banget belajar parenting karena dari kita remaja pun kita nggak pernah secara khusus diajari gimana nanti kalau sudah punya anak. Mau nggak mau ya harus belajar sendiri. Anak belajar, ortu juga belajar. Belajar atau menuntut ilmu juga hukumnya wajib, apalagi ilmu untuk mendidik anak yang notabene titipan dari Allah swt.

    ReplyDelete
  3. Ilmu Parenting itu memang luas banget ya, sedari anak kecil sampai besar kita wajib pelajarin ilmunya. Setuju banget, perlu motivasi yang kuat belajar parenting ini ya dan sebaiknya suami juga ikut turun tangan

    ReplyDelete
  4. Sekarang semua bisa dipelajari ya Dek, termasuk ilmu parenting. Dan itu berguna banget dalam mendidik anak. Sebab zaman sekarang ini harus benar-benar mendidik anak kalau tidak mereka bisa terpengaruh lingkungan

    ReplyDelete
  5. Aku senang sekali dan tersentuh dengan ulasan artikel ini. Motivasi kita dalam mengasuh anak yang paling utama adalah kita saling berlomba dalam kebaikan agar Allah pun Ridho kepada kita karena kesungguhan kita mendidik anak yang notabene adalah amanah Nya

    ReplyDelete
  6. Belajar parenting itu penting banget. Bahkan sejak sebelum menikah ya. Supaya gak terjebak mitos kalau nikah itu happily ever after. Padahal ada yang namanya mengasuh anak dan segala dramanya.

    ReplyDelete
  7. Makasih banyak telah diingatkan kembali pentingnya sebagai orang tua belajar parenting. Pastinya supaya tidak salah dalam mendidik anak

    ReplyDelete
  8. banyak yang harus disiapkan sebelum menjadi orangtua, sayangnya tidak ada sekolah untuk orangtua
    dan menurut saya anak-anaklah guru kehidupan saya, saya belajar banyak hal dari sana

    ReplyDelete
  9. Saya sempat tidak tertarik punya anak karena merasa besarnya tanggung jawab mjd ortu. Ketika akhirnya memutuskan untuk berani dan dikaruniai anak, saya merasakan tugas ini sbg proses belajar. Mmg ada kalanya belajar parenting terasa sulit.. sama sih dengan belajar di sekolah atau kampus ^_^

    ReplyDelete
  10. Yang pertama, memang ilmu parenting itu luas ya kan kak. Jadi bisa disesuaikan dengan tipe anaknya. Yang kedua, anak zaman dulu sama zaman sekarang yo beda. Jadi harus beda ilmu penanganan nya. Khalifah kita aja bilang kok, anak itu milik zamannya.
    Jadi kita harus belajar untuk menjadikan mereka khalifah terbaik di bumi.

    ReplyDelete
  11. Kalau menurutku ilmu parenting itu memang harus dipelajari dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena setiap anak itu terbentuk dari pola pengasuhan orang tua dan didikan dari orang tuanya, kemudian hal-hal lain yang bisa mempengaruhi anak-anak adalah dari pergaulannya.
    Sebagai seorang remaja, aku suka banget dengan artikel ini karena membahas tentang pola pengasuhan orang tua agar bisa mendidik anaknya dengan baik.

    ReplyDelete
  12. Yes semangat kita terus bertumbuh dan menjadi orangtua pembelajar karena zaman sudah sangat berbeda. Maka kita mesti terus berubah dan melakukan inovasi kebaikan.

    ReplyDelete
  13. Dulu mana ada ilmu parenting, tapi sekarang dengan banyaknya informasi belajar ilmu parenting itu penting banget. Karena, didikan zaman dahulu dengan sekarang tidak bisa disamakan dan tidak juga selalu benar. Apalagi orang-orang zaman dahulu berpegangan pada pamali dan mitos. Jadi, untuk ibu zaman now jangan ragu buat belajar ilmu parenting dan tentunya harus dipraktikan biar teorinya gak sekedar teori. Perlu action juga biar gak lupa.

    ReplyDelete
  14. Setuju banget. Kita kan ga bisa dan ga boleh membesarkan anak dengan begitu saja, harus ada ilmunya, toh nanti kita dimintai pertanggungjawaban kan, udah didik anak beluum, dan itu butuh ilmu.

    ReplyDelete
  15. Ilmu parenting ini emang ga ada habisnya ya..sebagai orang tua harus selalu upgrade dan mau belajar lebih banyak tentang perkembangan ilmu parenting apalagi di era digitalisasi seperti saat ini.

    ReplyDelete
  16. Ilmu parenting itu penting karena kita bersekolah sejak TK sampai kuliah tidak ada bahasan ilmu parenting. Setelah berumah tangga harus belaajar karena ada amanah yg kita emban sbg orang tua. (Gusti yeni)

    ReplyDelete
  17. Belajar ilmu parenting memang perlu karena tidak diajarkan di bangku sekolah. Ada banyak hal baru yang didapat dan sebagai orang tua kita pun jadi bisa melakukan evaluasi diri.

    ReplyDelete

Post a Comment